- Back to Home »
- Project »
- Delusion Request
Malang, salah satu kota wisata di Jawa Timur. Suasana sejuknya pegunungan dan suasana masyarakat yang ramah membuat kota ini makin terkenal. Yah, ini adalah kotaku yang ku tinggal, aku adalah salah satu dosen pengajar mata kuliah Teori Makro Ekonomi di salah satu Universitas yang ternama di kota yang ku tinggali saat ini.
"Selamat datang di mata kuliah saya, saya adalah pengajar kalian dalam mata kuliah teori makro ekonomi ini, nama saya Danny", kubuka semester awal ini dengan memperkenalkan diriku dan menulis biodataku di papan tulis.
"Saya bukan tipe dosen yang pelit ya", kataku sambil tersenyum ke para mahasiswa baru. "Saya gak pelit nilai kok, yang penting kalian rajin masuk aja dan tiap tugasnya dikerjakan, kenapa? karena tugas akan memberikan nilai tambahan pada ujian kalian yang kurang", paparku ke para maba.
"YEEEEE", serentak satu kelas teriak karena senang mungkin dapet dosen yang baik dan ganteng kayak gue hehehe.
"Ada yang mau bertanya?", tanyaku ke para mahasiswa
"Pak, emang jatah mbolosnya berapa kali? hehehe", tanya melody, salah satu mahasiswi yang bisa dibilang cantiknya wow.
"Ada niat mbolos emang? hehehe, kalo saya kasih jatah 4 kali mbolos, tapi ingat jangan sekali-kali coba untuk titip absen, yang titip dan yang dititipin absen akan langsung saya kasih nilai E", terangku dengan jelas.
"Galak amat pak hehehe", ujar stella, yang kebetulan dia duduk di sebelah melody, mungkin satu geng.
"Saya gak galak kok, cuman tegas, saya gak suka mahasiswa yang malas, nakal boleh, tapi jangan malas", kataku
Setelah ku perkenalkan diri dan menereangkan apa yang perlu ditanyakan, aku memulai mata kuliahku. Seperti biasannya, untuk pertemuan awal aku cuman memberikan sedikit teori dan sedikit menerangkan, karena aku paham, mahasiswa yang awal masuk, tidak dapat langsung di beri teori yang bejibun. Karena otak mereka masih terbawa liburang yang panjang.
Jam menunjukka pukul 9.40, "Oke, sekian dulu ya untuk pertemuan kali ini, di pelajari ya, besok saya tidak akan mengulangi tentang yang tadi", kataku sambil berjalan keluar kelas.
"Iyaaa pak, makasih", kata kelas yang ku ajar tadi.
Setelah mengajar, aku segera balik ke kantor karena kebetulan aku hanya mengajar 1 mata kuliah 1 kelas, karena aku juga mengambil S2 di universitas yang sama di tempatku mengajar. Tepat pukul 11.00 aku segera ke kelas untuk kuliah S2 ku. Ya, seperti inilah kegiatanku sehari-hari mulai hari senin sampai hari jumat, tetapi jumat aku tidak ada kuliah S2.
"Melody, Stella, Mova, Ve mana ini, di absensi uda dua kali gak masuk, hari ini kalo gak masuk berarti uda uda tiga kali, padahal kuliah baru berjalan di minggu ke-6", tanya ku ke mahasiswa yang ku ajar.
"Kurang tau pak, mungkin sakit", jawab Ghaida, salah satu mahasiswa kelasku.
"Kalau sakit harus ada surat dokter, lagian sakit apa ampe tiga minggu gak masuk?", tanyaku
"Bolos kali pak", jawab sendy, teman sebelah ghaida.
"Ya, gak papa sih bolos, cuman tinggal satu kesempatan lho mereka", terangku
"Ya uda kita lanjutkan sedikit, masih ada 15 menit lagi", tambahku sambil ku melanjutkan mata kuliahku.
Mata kuliahku pun selesai. Hari ini kuliah S2 ku libur karena dosenku ada keperluan di luar kota. Kupikir, mending refreshing ke Mall terdekat sekalian beli sepatu, mumpung ada kesempatan. Kunyalakan sepeda motorku dari jurusan ekonomi melaju ke salah satu mall besar di kota Malang. Kuparkirkan sepedaku di parkiran dan segera masuk ke Mall. Niatnya sih cari sepatu tapi sekalian jalan-jalan cari cewek buat gebetan. Maklum aku masih jomblo, karena terlalu fokus kuliah, hehehe.
Terlihat salah satu toko sepatu favoritku di depan mata, langsung ku masuki toko tersebut dan memilih sepatu yang cocok. Tak lama kemudian terengar seperti suara yang ku kenal. Ternyata benar, ada segerombolan cewe yang sedang memilih sepatu juga. Mereka adalah Melody, Stella, Ve, dan Mova.
"Lho kalian di sini? kenapa kalian tadi gak kuliah", sapaku ke mereka
"Eh pak danny, tadi kesiangan pak kita, hehehe", jawab Stella
"Lalu yang minggu-minggu sebelumnya? jatah kalian tinggal satu absen lho", terangku
"Iah pak maaf, besok kita gak bolos lagi kok", kata ve sambil tersenyum
Ntah kenapa senyum ve di mataku sangat menarik
"Gimana ya kalo cewekku kayak dia", kataku dalam hati
"Bapak juga mau beli sepatu?", tanya stella kepadaku
"Iah, Sepatu futsal bapak uda expired", terangku
"Hahaha, emang jajan pak?", canda si stella. "Mau aku temenin pak?", tanya stella
"Ya gak papa, kalo di luar kampus jangan panggil paklah, aku kan masih 25 tahun hehee", kataku ke mereka
"25 TAHUN?", jawab mereka kaget
"Tua banget ya wajahku hahaha", kataku
"Keren aja, 25 tahun uda jadi dosen + ambil S2", jawab ve
"Biasa aja kali ve", sindir mova.
aku pun hanya tersenyum, bingung antara aku yang keren ato emang aku yang geer terlalu keren. Akhirnya Ve dan Mova ke toko pakaian, sedangkan Melody dan Stella menemaniku memilih sepatu.
"Ini pak, keren", papar Melody
"Mel, di bilangin jangan pake pak, keliatan tua toh, ntar dikira aku om-om", jelasku
"Maaf, belum biasa hehehe", jawab Melo
"Dan, ini cocok banget dan, putih seperti warna favoritku", katanya sambil tersenyum manis
"Aku juga suka putih kok stel", kataku sambil tertawa kecil
"Cieee, ati-ati jodoh lho", tambah Melo.
Aku pun hanya bisa senyum pepsodent dan tersipu malu. Gimana tidak, Stella adalah cewek yang mendekati tipeku, berponi, manis, lucu, dan ramah.
"Eh cie yang wajahnya memerah", tambah melo
"Ini bagus stel, pilihanmu bagus", kataku yang tidak menghiraukan perkataan melo karena sudah terlanjur malu
"Eh? iya", jawab stella
"Cie yang nyuekin karena malu", tambah Melody
Akhirnya kupilih pilihan yang di pilihkan oleh stella. Bukan semata-mata karena dia memilahkannya buat aku, tapi emang pilahnnya yang di pilihkannya emang sesuai dengan seleraku.
Keesokan harinya rutinitasku berjalan dengan baik, 4 serangkai kemarin ikut kembali ke pelajaranku. Aku menjadi bahagia karena mahasiswaku kembali mengikuti matakuliah yang kuajarkan. Kulihat wajah ve yang manis tampak serius mendengarkan teori yang ku berikan. Begitu juga dengan Melody. Tapi perhatianku justru ke Stella, dia mendengarkan teori yang ku ajarkan sambil tersenyum tetapi tangannya menulis sesuatu di catatannya. Tak ku pedulikan.
"Stella sini sebentar, bapak mau ngomong ama kamu", ku panggil stella di akhir mata kuliahku
"Yang lain bisa meninggalkan kelas", tambahku kepada seluruh mahasiswa yang ku ajar.
"Liat catatanmu tadi", ujarku ke Stella
"HEH!?", Stella nampak pasang wajah kebingungan
"Kamu tadi nulis apa waktu aku nerangin? sakti amat bisa nulis tanpa ngeliat", kataku
"eng... enggak kok, beneran cuman nulis pelajaran", jawabnya ragu-ragu
"Bener?", tanyaku
"Iah pak", jawab stella tegas
Akhirnya Stella keluar dan bergabung dengan geng 4serangkainya. Setelah ku keluar dari kelas tiba-tiba Sendy dan Ghaida memanggilku dari belakang.
"Pak, permisi maaf ganggu", ujar Sendy
"Iya ada apa?", tanyaku
"Ini pak saya tadi kurang paham dengan penjelasan bapak, bapak ada waktu kosong?", tanya sendy
"Kenapa gak minta terangin teman sekelasmu? itung-itung kan sekalian mereka semakin manteb ilmunya", jawabku sambil tersenyum.
"Sekalian pak, kemarin saya belajar dari buku pinjam di perpus, saya mau diskusi sekalian tentang perekonomian sekarang", jawabnya tegas. Terlihat matanya menatapku penuh dengan semangat.
"Ya sudah, nanti jam 3 saja ke ruang diskusi, nanti saya terangin", kataku dengan senang karena punya mahasiswa yang daya ingin tahunya tinggi.
Setelah kuliah, aku segera ke ruang diskusi untuk menepati janjiku tadi.
"Sudah siap?, tanyaku pendek
"Siap pak", jawab Ghaida dan Sendy dengan matang
Sekitar 2 jam lebih aku menerangkan teori yang ku sampaikan tadi sekaligus diskusi tentang perekonomian dunia sekarang. Ketika diskusi aku melihat Sendy menerangkan pendapatnya dengan tegas, begitu juga Ghaida. Mereka berdua bisa menyampaikan pendapat berdasarkan literatur yang mereka baca.
"Gila salut aku ama mereka berdua", tuturku dalam hati
Matahari sudah mulai malu-malu menampakkan dirinya. Ku akhiri diskusi bersama kedua mahasiswaku yang cerdas ini.
"Makasih ya pak, senang bisa bediskusi dengan bapak", kata Sendy sambil membereskan buku-bukunya.
"Iya, sama-sama. lagian bapak suka kok sama mahasiswa yang seperti kalian", jawabku
"Lho bapak suka dengan kami berdua?", tanya Ghaida kaget
"Bukan gitu, maksudnya, semangat belajarnya tinggi, pengen tahunya juga besar, itu contoh generasi muda yang bagus", kataku
"oooo.... heheheh", Ghaida ketawa malu
"Yaudah pak, kami pamit dulu", kata sendy
"Oh iya, hati-hati pulangnya", tuturku
Aku pun bergegas pulang dan segera mandi air hangat untuk menghilangkan rasa letih. Setelah itu aku melakukan kegiatan biasanya. ya, cari makan dan cangkruk dengan teman. Jika mata sudah tak dapat di angkat, pulang, tidur.
Kejadian lama terulang kembali setelah 2 minggu. Empat serangkai, Melody, Mova, Stella, Ve, kembali tak menunjukan wajahnya di ruang kelasku. Aku pun cuek saja, toh yang mendapat nilai mereka, uda aku beri peringatan kan sebelumnya.
Ujian akhir hampir tiba, empat serangkai mendapatkan rekor 9 kali absen tanpa alasan.
"Kalian berempat sini sebentar, duduk", kataku setelah kuliah teori makro ekonomi berakhir.
"Kenapa pak?", tanya Ve
"Kalian sudah absen 9 kali absen di matakuliah saya, mau dapat nilai E kalian?", tanyaku
"LHO JADI SELAMA INI SI SENDY GAK NGABSENIN KITA?", tanya mova keceplosan ke gengnya.
"Sssst", Serempak Ve, Melody, dan stella
"Nggak usah di titipin juga bapak hafal kalian", kataku tegas ke mereka
"Maaf pak", jawab mereka berempat
"Absensi kalian nggak di bisa di harapkan, satu satunya jalan supaya kalian lulus di mata kuliah saya, ujian akhir kalian harus mendapatkan A", kataku
"A?? aduh pak, C aja ya", kata melody menawar.
"Tugas jarang ngumpulin, absensi kosong, kok masih nawar? Sendy dan Ghaida aja yang uda pinter sering minta tambahan dan diskusi tiap minggu", terangku
Suasana mendadak hening.
"Ya udah, gimana kalau besok kalian ikut diskusi bersama Sendy dan Ghaida", aku memberi pendapat
"Yah. gimana?", tanya Melody ke rekan gengnya
"IYA PAK", jawab stella tegas
"aku serah deh, dari pada gak lulus", kata mova
"Aku iya deh", kata ve
"Yaudah mulai besok jam 3 sore ya di ruang diskusi", kataku
Keesokkan harinya aku memulai diskusi dengan ketambahann 4 orang. Ntah sepertinya karena si Mova masih ngambek ke Sendy karena absennya tidak diisikan. Di akhir diskusi aku memanggil empat serangkai. Aku menyuruh mereka tambahan jam 6 dirumahku, karena melihat kondisi sepertinya mereka akan panas jika di gabung dengan Sendy dan Ghaida. Selain itu Sendy dan Ghaida juga sudah mempunyai ilmu yang mendahului mereka berempat.
Waktu pun berlalu, aku sudah memberi tambahan ke empat serangkai selama satu minggu, dan keesokkan harinya adalah hari dimulainya ujian akhir. Seperti biasa, sore aku memberi tambahan ke Sendy dan Ghaida, dan setelah itu balik kerumah untuk memberi tambahan ke empat serangkai. Perbedaan mulai tampak. Mereka mulai aktif, dan Mova sudah mulai terbuka, berbeda dengan Stella yang dari awal sudah welcome terhadap tambahan yang ku berikan.
"Akhirnya selesai", kata Melody sambil membaringkan tubuhnya di karpet
"Istirahat dulu ah", Ve pun ikut membaringkan tubuhnya, begitu juga Ve
"Ku buatkan minum ya dan", kata Stella
"Wah yang punya rumah sapa yang mbuatin sapa, hehehe", kataku
"Ah pake malu-malu", kata Stella
"Ya udah, tau kan dapurnya?", tanyaku
"Iya", jawabnya singkat.
Teringat ku dimana Stella perah memperhatikan mata kuliahku, dengan mencatat sesuatu di catatannya tanpa melihat. Karena penasaran, ku ambil catatannya.
"Kayaknya Stella suka kamu dan", kata Melody mengagetkanku.
"Kok gitu?", tanyaku
"Dari sikapnya aja", jawab Melody
"Tara es sirup cinta ala Stella", kata Stella
"EH CIEEE", serempak Ve, Mova, dan Melody
"Apa?" salah?", tanya stella dengan tampang sinis
"Nggak", jawab melo cepat
Setelah istirahat, kusarankan mereka agar segera pulang dan beristirahat.
"Makasih ya dan", Kata Melody sambil keluar rumah bersama Ve dan Mova
"Dan, makasih ya", kata stella di pintu rumah ku.
"Iah Stel, aku juga makasih uda berubah jadi rajin kan sekarang", kataku sambil memberi senyum manisku
"Aku juga gini karena kamu dan", mata stella menatapku penuh rasa
"Karena aku?", tanyaku penasaran
Tiba-tiba Stella mencium pipiku dan segera berlari mengejar teman se-gengnya. Aku pun terdiam di depan pintu beberapa menit. Kenapa, apa yang aku rasakan ini. Apa aku suka dengan dia? apa rti ciuman tadi? apa tanda terima kasih? apa tanda cinta?
Seminggu kemudian aku mendapatkan undangan dari Ainur ke berlin. Hingga saat ini aku masih menyimpan seribu pertanyaan. Atau mungkin, setelah pulang dari berlin, aku akan segera melamar stella? Hanya Tuhan yang tahu rencana-Nya
======================SEKIAN========================
Post a Comment